PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
Agama memiliki peran yang amat
penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari
peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui
pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman,
dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan
pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Katolik adalah
usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap
memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Tujuan Pendidikan Agama di
Sekolah
Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada
dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup
yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun
kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan,
situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan
kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang
dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
Era Portugis
Pada awal abad ke 16 semangat petualangan menjelajah samudera dan mencari sumber rempah-rempah di kalangan bangsa Portugis yang beragama Katolik membawa mereka hingga ke Malaka. Kontak agama Katolik dengan bumi nusantara merembet dari pangkalan Portugis di Malaka ke pulau-pulau lain melalui pelabuhan-pelabuhan utama yang disinggahi kapal-kapal dagang Portugis, misalnya: Banda (1511), Ternate (1513), Sunda Kelapa (1522), Panarukan (1528). Di Indonesia, orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala
Era Hindia Belanda
Jendral Herman William Daendels |
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Louis, seorang Katolik, kerabat Napoleon Bonaparte, membawa pengaruh yang cukup positif. Semangat Revolusi Perancis "liberte, egalite, fraternite" (kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan) merembes ke kalangan pemerintahan Belanda. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah. Hal itu terbawa ke bumi nusantara yang kemudian disebut Hindia Belanda. Pada tanggal 8 Mei 1807, Paus Pius VII, pimpinan Gereja Katolik Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mengaktifkan kembali karya misi di Hindia Belanda dan mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Daendels.
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Setelah Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) walaupun kebebasan beragama kemudian diberlakukan, namun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Hal itu karena pergantian kekuasaan di Belanda setelah kekalahan Napoleon pada 1815, yang mengangkat Willem I menjadi raja Belanda. Selain itu misi di Hindia Belanda kekurangan tenaga. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Dengan kerja keras, Prefektur Apostolik Batavia dinaikkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik pada 20 September 1842. Situasi berangsur-angsur membaik setelah perundingan berangsur-angsur dengan pihak pemerintah pada tahun 1847. Pada tahun 1889 ada 50 orang imam di Indonesia sejak misi di Hindia Belanda diserahkan kepada Serikat Yesus (SY). Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.kampung) Mamuya (di Halmahera, Maluku Utara.
Era Reformasi
Pada tahun 1990-an dan mulai tahun 2000 setelah era perjuangan kemerdekaan, demokrasi terpimpin, dan orde baru, juga ditandai dengan kekerasan terhadap umat Katolik pada khususnya dan Kristen pada umumnya. Namun mantan presiden Abdurrahman Wahid, yang juga seorang pemimpin Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah memberikan kontribusi oleh beberapa penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari beberapa kalangan.